Awesome Friday
on Awesome Media
“Bruum
bruumm, tiin tiin!!!”, suasana bising dan macet sepanjang perjalanan tak
melemahkan semangat rombongan PJTL-FTIf menuju markas Radar Surabaya.
Jumat (4/4) ini bisa jadi menjadi hari yang berharga bari peserta Pelatihan
Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) Fakultas Teknologi Informasi ITS. Rombongan peserta
yang terdiri atas mahasiswa serta mahasiswi Teknik Informatika dan Sistem
Informasi ITS ini mendapat kesempatan untuk berkunjung ke salah satu media
cetak lokal ternama di Surabaya.
Sekitar pukul 17.30 kami
tiba di Graha Pena, tempat dimana kantor koran harian Radar Surabaya berdiri. Disana
kami disambut hangat oleh Ibu Ofi selaku penanggung jawab redaksi Radar
Surabaya. Beliau juga didampingi Bapak Fail, kepala manajemen pemasaran Radar
Surabaya. Pertama Ibu Ofi memperkenalkan tentang divisi dan ruangan apa saja
yang ada di Radar Surabaya secara umum. Namun karena ada perkerjaan yang harus
segera diselesaikan, beliau hanya dapat menyapa kami dalam beberapa menit saja.
Dan selanjutnya diambil alih oleh Bapak Fail.
Bapak Fail ini tergolong
orang yang cakap karena beliau suka bercerita tentang pengalaman unik apa saja
yang didapatkannya semasa menjadi wartawan. Mulai dari peristiwa perceraian sampai
dengan berurusan dengan keluarga Cendana pernah beliau cicipi. Namun dibalik
pengalaman unik beliau tersebut terdapat penekanan tentang realita sosok
wartawan.
Wartawan adalah
pekerjaan yang bisa dibilang cukup susah dijalani bila tidak didasari atas rasa
suka. Kebanyakan wartawan hanya bertahan dua sampai tiga tahun jika tidak
dilandasi atas hobinya di dunia jurnalistik. Masalah utamanya adalah banyak wartawan
tidak kuat dengan pressure untuk menyelesaikan
berita setiap harinya Atau juga disaat telah mendapatkan sebuah peristiwa justru
bingung dalam memulai menulis beritanya. Sehingga apa yang terjadi? Deadline
tak terpenuhi. Satu berita molor akan membuat berita lain molor terbit. Hal ini
akan sangat merugikan pembaca. Bapak Fail juga menekankan, jika seorang
wartawan sudah tidak sanggup menjalani kehidupan seperti hal tersebut,
sebaiknya meninggalkan pekerjaannya di bidang jurnalistik.
Selain itu wartawan
harus bersikap professional. Misalkan saja ada sebuah pengalaman dari Bapak
Fail tentang kecelakaan, maka bukan menolong yang harus dilakukan pertama,
melainkan harus cepat mengambil foto kecelakaan tersebut. Meski bisa dibilang
tidak manusiawi kelihatan, namun foto itulah yang menjadi nilai jual dari
seorang wartawan.
Lain lagi cerita beliau
seputar mencari berita. Seorang wartawan perlu memiliki trik-trik agar
mendapatkan berita sedetail-detailnya. Seperti menyamar menjadi orang yang
memiliki konflik yang sama dengan narasumber. Dengan seperti itu akan membuat
suasana lebih akrab, dan narasumber akan lebih mudah dalam menceritakan permasalahnya.
Wartawan juga harus
berani memberitakan peristiwa apa yang memang sebenarnya terjadi di lapangan. Jika
ujung-ujungnya berakhir amarah dari salah satu belah pihak dan mengajak , wartawan
harus berani berargumen jika berita yang dimuat memang benar apa adanya dan hal
tersebut tidak melanggar undang-undang. Bapak Fail pun sudah tidak asing dengan
pengalaman seperti itu. Pernah berseteru dengan anggota TNI, beliau tetap pada
pendiriannya bahwa berita yang beliau tulis adalah benar. Dan pada akhirnya
memang berita tersebutlah yang menang.
Setelah bercerita,
Bapak Fail memberi beberapa tips seputar wartawan pemula. Jika masih sering
terdapat kesalahan dalam penulisan berita, maka koreksi-koreksi dari editor
harus diperhatikan kembali dan tidak mengulanginya di berita selanjutnya. Dan
juga wartawan dilarang jika memberitakan sebuah foto tanpa mendapatkan
data-data yang factual dari narasumbernya. Dan juga yang kesalahan yang sering
dihadapi wartawan pemula adalah pertanyaan kepada narasumber yang kurang kritis
sehingga tidak dimuat dalam koran.
Setelah puas menerima
ilmu yang sangat bermanfaat, kami kemudian diajak untuk melihat dan
bertanya-tanya kepada orang-orang yang tengah bekerja di kantor. Saya kebetulan
mndapatkan kesempatan untuk mencari informasi kepada fotografer. Disana
fotografer menjelaskan bagaimana trik-trik dalam pengambilan foto dilapangan
dan bagaimana setelahnya diolah dalam system untuk kemudian dimasukan kedalam
sebuah berita.
Kurang lebih jam
menunjukkan pukul 20.00. Waktu kunjungan kami pun telah berakhir. Sebelum pamit
pulang, kami berfoto bersama di depan kantor disertai dengan penyerahan piagam
penghargaan kepada Radar Surabaya. Guyuran hujan nan lebat menyambut kepulangan
kami dari Graha Pena.
No comments:
Post a Comment