Thursday, November 24, 2011

Just for Fun

We Are CL3


Berawal dari semangat serta spontanitas para siswa pria XI IPA 3 untuk berpartisipasi dalam bulan bahasa trisma, akhirnya CL3 pun terbentuk.

Nama band merupakan salah satu identitas yang sangat penting dalam sebuah band. Begitu juga dengan CL3 band. Band ini digawangi oleh Adi pada vocal, Gus Alit dan Oger pada gitar, Lingga pada bass, dan Wicak pada drum. Awalnya para personel sangat bingung mencari nama yang tepat bagi band kami. Dan setelah lama berunding, akhirnya nama CL3 pun terpilih . Memang telinga ini agak aneh mendengar kata CL3. Beberapa siswa pasti mengira nama CL3 terinspirasi dari suatu unsur dalam tabel periodik kimia. Tapi, perkiraan mereka salah, dibalik nama yang terdengar aneh, CL3 sangat bermakana bagi keluarga besar XI IPA 3 (utamanya deretan bangku duri), Karena CL3 merupakan singkatan darai Celepuk 3(haha, padahal, masih ada makna tersembunyi dibalik nama CL3). Celepuk jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti burung hantu yang merupakan mascot dari XI IPA 3.

Meskipun bukan para musisi handal, personel CL3 siap mengeluarkan kemampuan terbaik dalam bulan bahasa tahun ini. “Kami akan menujukan hasil latihan kami!”


like our page on
Facebook CL3!

Look!!!





Wednesday, November 23, 2011

Essay ku!

Remaja Sukses Masa Kini

Remaja, mungkin banyak orang yang beranggapan masa remaja adalah masa-masa yang paling membahagiakan. Namun, disisi lain hal tersebut, masa remaja merupakan masa yang banyak memiliki aktivitas serta rutinitas, baik dalam sekolah maupun luar sekolah. Bukan hanya berkutat pada mata pelajaran di sekolah, pada masa remaja di SMA, mereka dituntut untuk bias berorganisasi.

Setelah menginjak bangku SMA, begitu banyak perubahan terjadi pada sang remaja. Perubahan yang Nampak jelas yaitu pada menjadi generasi biru, mereka menggunakan celana pendek dan setelah tamat, mereka berubah menjadi generasi abu yang menggunakan celana panjang. Adaptasi berperan penting dalam pergaulan mereka disini. Bukan hanya perubahan dalam hal fisik seperti pakaian, remaja yang telah menginjak SMA, apalagi remaja Bali, mereka dihadapkan dengan berbagai keikutannya dalam berorganisasi.

Setelah menjadi keluarga dalam sekolah SMA yang mereka dapatkan, otomatis mereka juga mendapatkan teman baru. Kemampuan adaptasi benar-benar perperan penting dalam pergaulan mereka sehari-hari sisekolah. Organisasi yang pertama mereka pijakan di sekolah yaitu bagaimana hubungan mereka dalam mengatur suatu kelas baru. Organisasi yang bisa dibilang kecil ini memiliki struktur yang sama dengan organisasi-organisasi lainnya seperti OSIS. Ada ketua kelas, wakil, sekretaris serta bendahara yang menjadi wakil kelas untuk menjalankan kepercayaan yang telah diberikan dengan penuh tanggung jawab. Setelah menjadi kelas yang terstruktur, organisai yang selanjutnya dihadapkan adalah ekstrakulikuler mereka. Dalam tahun ajaran yang baru, mereka harus memilih satu ekstra yang mereka minati. Dalam ekstra tersebut, mereka juga diajarkan untuk berorganisasi dengan teman-temannya. Dari ekstra, mereka jadi memiliki teman yang lebih banyak, karena disini bukan hanya ditujukan dari satu kelas, namun semua kelas dari angkatan sekolah tersebut. Selain itu mereka juga akan menambah pergaulannya setelah mengenal kakak-kakak senior ekstra mereka. Selain rutin dengan program-program ekstra, disini mereka juga dilatih dalam bidang organisasi seperti membuat proposal, memimpin, serta koordinasi. Setelah menjadi anggota dan pengurus, berbagai tugaspun mereka dapatkan. Belum tugas yang datang dari guru terselesaikan, namun telah dating tugas baru dari ekstra. Belum lagi mereka yang merangkap menjadi pengurus OSIS disekolah mereka. Tugaspun kian menumpuk, dari mengurus dan membantu kegiatan sekolah -seperti saat bertepatan dengan adanya perhelatan atau hari istimewa sekolahnya- sampai tugas wajib mereka sebagai seorang siswa. Begitu sibuknya bagi mereka yang begitu banyak diberikan kepercayaan untuk menampung segala beban tersebut. Disini sang remaja dituntut untuk pintar-pintar membagi waktunya. Mereka tidak boleh begitu saja lepas dari tanggung jawab tersebut. Tugas yang didapatkan harus mereka kerjakan, meski sampai tidak dapat menelungkupkan kepalanya di atas bangtal, mereka mengerjakan hal tersebut, dan harus menerima berbagai resiko seperti ngantuk di kelas saat pelajaran, tidak mengerjakan PR dan lainnya. Bahkan, karena pentingnya tugas dari salah satu organisasi yang diikuti tersebut, disini mereka dituntut untuk professional. PR mereka korbankan demi tanggung jawab tersebut. Memang banyak dampak positif yang didapatkan dalam berorganisasi, namun disamping hal tersebut, ada juga dampak negatifnya. Karena saking sibuknya, mereka jadi terlambat untuk mengikuti pelajaran di kelas. Efeknya tentu saja akan terjadi pada sikap dan prilaku mereka dikelas. Di setiap tugas ataupun ulangan yang diberikan, mereka jadi nyontek dengan temannya. Tentu saja hal ini bukanlah hal yang baik. Ini mereka lakukan karena takut akan mendapatkan nilai yang jeblok.

Apalagi bila menjadi anak rantauan. Mereka begitu besar diberikan kepercayaan oleh orang tuanya. Mereka takut akan menghilangkan kepercayaan tersebut. “Ini aja yang kamu lakuin baru ga ada ibu?!”, mereka berpikir kalau nilai rapot mereka turun, orang tuannya akan berkata demikian. Padahal memang benar, sang anak bukanlah melakuakn hal yang bukan-bukan. Mereka masih terbebani oleh tugas organisasi mereka, samapi belum sempat mengerjakan tugas mereka sebagai siswa, yaitu belajar. Susah memang menjelaskan kepada orang tua.

Khususnya lagi bagi remaja yang ada di Bali. Selain berorganisasi didalam sekolah, mereka yang telah menganjak SMA, di banjar, mereka dituntun untuk keikutsertaannya dalam sekeha teruna teruni (STT) dalam banjarnya tersebut. Hal ini memang sudah menjadi tradisi dalam kehidupan rakyat bali. Namun, dijaman sekarang, anak yang masih menginjak masa SMP sudah bisa dimasukan dalam STT tersebut. Kekekurangan anggota sekehe menjadi penyebabnya, apalagi dajaman globalisasi seperti sekarang, banyak yang merantau dari kampung halamannya menuju ke kota. Bukan berarti mereka yang merantau sudah lepas dari ikatan sekeha teruna, mereka tetap menjadi anggota tersebut. Meski merantau, mereka tetap dituntut untuk tetap aktif dalam sekehe tersebut. Bebagai dampak akan mereka dapatkan bila sudah tidak aktif dalam sekehe tersebut, seperti tidak dikenal, tidak dianggap saat ada suatu acara dan lainnya. Bebanpun semakin menumpuk dilingkaran otak mereka.

Memang benar, masa remaja adalah masa yang paling bahagia, karena mereka mendapatkan begitu banyak pengalaman, terutama pengalaman kisah cinta mereka. Namun, dibalik kebahagiaan tersebut, di era seperti sekarang, remaja benar-benar dituntut untuk terus bekerja dan bekerja. Waktu mereka habis untuk menyelesaikan tugas mereka tersebut, bahkan waktu kumpul dengan keluargapun harus mereka korbankan. Begitulah kehidupan remaja masa kini, namun, dengan doa restu, dukungan serta motivasi dari orang-orang terdekat mereka seperti orang tua, saudara, bahkan pujaan hati akan sangat berperan dalam menjalani segala beban serta kelancaran dalam rutinitas mereka sebagai sang remaja sejati. Dibalik segala pengorbanan mereka, pasti ada hasil yang setimbal. Jadi, semangat para kaum remaja!(wck)

Sepatah Lagu





Mungkinkah kau tahu
Rasa cinta yang kini membara
Dan masih tersimpan
Dalam lubuk jiwa

Ingin kunyatakan
Lewat kata yang mesra untukmu
Namun ku tak kuasa
Untuk melakukannya


Mungkin hanya lewat lagu ini
Akan kunyatakan rasa
Cintaku padamu rinduku padamu
Tak bertepi

Mungkin hanya sebuah lagu ini
Yang selalu akan kunyanyikan
Sebagai tanda betapa aku
Inginkan kamu