Wednesday, April 4, 2012

Nyepi 1934

Ngerupuk with STT. Putra Maha Dipta

Jam 7, waktunya pergi ke banjar untuk mengikuti rapat bersama prajuru (pengurus) banjar. Rapat kali ini membahas tentang pembuatan ogoh-ogoh dalam memperingati hari Raya Nyepi 1934. Saat rapat, antara sekehe teruna dengan prajuru memiliki pandangan yang berbeda. Kami dari pihak pemuda menginginkan agar membuat ogoh-ogoh, namun dari pihak prajuru agak melarang karena banyaknya penglingsir (orang yang sudah lanjut usia) di banjarku takut akan terjadinya konflik dengan banjar lain. Hal ini karena dilihat dari sejarah banjarku dahulu yang banjar dengan pawongan yang berbeda dengan banjar-banjar yang lain. Walaupun belum adanya perijinan atau pelarangan secara resmi, pemuda di banjarku tetap membuat ogoh-ogoh, namun tidak dibanjar, melainkan di depan rumahku, haha (dari pada banyak kritikan -_-).

Seiring berjalannya waktu, akhirnya, perlahan ogoh-ogoh kami mendapat ijin asalkan kami memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan pawai ogoh-ogoh di desa Padang Tegal. Kedua belah pihak menyepakati hal tersebut. Dengan adanya ijin, maka tidak adanya lagi beban dalam pembuatan ogoh-ogoh tersebut.

Akupun bersemangat dengan adanya pembuatan ogoh-ogoh lagi dibanjarku karena tahun lalu banjarku tidak membuat ogoh-ogoh. Setiap balik ke Ubud, aku menyempatkan diri untuk membantu membuat ogoh-ogoh. Tradisi yang tidak pernah lepas saat pembuatan ogoh-ogoh yakni manggang ayam, haha. Yang namanya kerja lembur pasti ada saja acara seperti ini, apalagi satu hari menjelang hari H. Saat itu, pagi pukul 02.00, perakitan ogoh-ogohpun selesai.




Hari Pengrupukan..


Paginya, sekitar pukul 9, pemudaku sudah mulai sibuk memasang sanan ogoh-ogoh.


Setelah sanan dipasang, ogoh-ogoh siap diarak! Eits, tapi belum ngarak sebenarnya, cuma diarak menuju banjar karena akan di Bantenin. Liat tu, belum malam hari, ehh, malah udah bikin jalanan macet, haha. Memang, ogoh-ogoh pemudaku ini kebesaran, jadi sering tersangkut kabel listrik. Makanya jadi lama jalannya.

Nah, ini dia nih suasana pengarakan ogoh-ogohnya. Ogoh-ogohnya baru bisa diarak baru jam tengah 9 malam. Hal ini karena kami mendapat deretan terakhir saat pementasan ketimbang dengan banjar-banjar Padang Tegal Lainnya. ckckck, untungnya semangat masih membara, hahaha.

Dentuman iringan gambelan bleganjur menambah semangat para pengarak ogoh-ogoh menuju setra. Yahh, meskipun aku kini menimba ilmu di Denpasar, tapi aku senang karena dapat menyempatkan diri untuk bisa ngayah bareng dengan sekehe teruna dibanjarku, STT.Putra Maha Dipta.(y)


ERROR!!
keseringan nyangkut dikabel -_-"

No comments:

Post a Comment